Konsultasi Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (OHS) Perusahaan Distributor/Agen Peralatan Industrial Hygiene Lingkungan Food Safety & Hygiene Setifikasi Kompetensi Personil Lingkungan K3 Kalibrasi Instrument

Penyakit Akibat Paparan Panas, Heat Stress Harus Diwaspadai Pekerja!

Lingkungan kerja yang tidak nyaman seperti temperatur yang melebihi nilai ambang batas (NAB) mengakibatkan panas yang dapat mempengaruhi performa kerja dan juga kesehatan tubuh pekerja. Lebih fatal lagi, bila dibiarkan tanpa penanganan serius bisa mengakibatkan kematian.

Khususnya untuk pekerja lapangan terutama pekerja konstruksi, industri minyak dan gas bumi (migas), dan galangan kapal tentu sudah terbiasa bekerja di lingkungan yang panas dalam waktu lama. Namun tahukah Sobat Enviro, kondisi seperti ini berpotensi menimbulkan heat stress bagi pekerja?

Apa Itu Heat Stress?

Heat Stress adalah Penyakit yang berhubungan dengan tekanan panas termasuk heat cramps, heat exhaustion, heat rash, heat syncope & heat stoke dengan gejala dan perawatannya sendiri. Heat stress memiliki gejala berupa kondisi tubuh yang berkeringat banyak hingga pusing, berhentinya keringat, dan pingsan. Paparan panas di lingkungan kerja bisa berasal dari:

  • Suhu dan kelembaban tinggi, paparan sinar matahari secara langsung.
  • Gerakan atau aliran udara yang terbatas.
  • Kerja fisik yang berat.
  • Panas metabolisme tubuh.
  • Pakaian kerja.
  • Tingkat aklimatisasi.

Faktor iklim kerja dan non iklim tersebut yang dapat meningkatkan risiko pekerja terkena heat stress.

Heat Stress terjadi apabila tubuh pekerja sudah tidak mampu lagi menyeimbangkan suhu tubuh normal karena besarnya paparan panas dari luar. Jika tubuh terpapar panas, maka sistem yang ada di dalam tubuh akan mempertahankan suhu tubuh agar tetap pada suhu normal (36-37,5°C) dengan cara mengeluarkan keringat dan mengalirkan darah lebih banyak ke kulit. Sehingga, jantung bekerja lebih keras memompa darah ke kulit bagian luar dan kelenjar keringat terus mengeluarkan cairan yang mengandung elektrolit ke permukaan kulit dan penguapan keringat menjadi cara efektif untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal. Dengan banyaknya darah mengalir ke kulit, maka pasokan darah ke otak, otot-otot aktif dan organ tubuh lainnya menjadi berkurang, sehingga kelelahan dan permasalahan kesehatan akibat panas pun lebih cepat terjadi. Apa lagi jika suhu di luar dan kelembaban terlampau tinggi, maka keringat tidak dapat menguap dan tubuh akan gagal mempertahankan suhu tubuh. Kegagalan tubuh menyeimbangkan suhu tubuh internal ini yang pada akhirnya bisa memicu timbulnya heat stress pada pekerja.

Siapa yang Berisiko Terkena Heat Stress?

Pekerja yang paling berisiko terkena Heat Stress adalah seseorang yang mengenakan pakaian pelindung dan bekerja di lingkungan panas, kelembaban tinggi dan melakukan kerja fisik berat. Umumnya heat stress dialami oleh :

  • Pekerja konstruksi
  • Pekerja pertambangan
  • Pekerja pabrik kaca dan pabrik karet
  • Pekerja pabrik peleburan logam
  • Pekerja di ruang boiler
  • Dan pekerja yang terpapar panas lainnya.

Pengaruh Heat Stress Terhadap Pekerja

Heat Stress termasuk potensi bahaya di lingkungan kerja yang harus mendapat perhatian khusus. Heat stress, baik akibat proses metabolisme tubuh maupun paparan panas dari lingkungan kerja dapat menimbulkan masalah kesehatan dari yang ringan, seperti heat cramps dan heat exhaustion hingga yang serius, yaitu heat stroke.

Tips Mencegah Heat Stress pada Pekerja

1. Membuat Program Pencegahan Heat Stress

Perusahaan harus memilih dan menentukan pekerja yang terlatih dan kompeten dalam menangani bahaya di tempat kerja, salah satunya bahaya paparan panas. Selanjutnya, pekerja ini yang akan bertanggung jawab dalam merencanakan, mengembangkan, melaksanakan dan mengelola program terkait paparan panas di tempat kerja.

2. Melakukan Identifikasi Bahaya

Perusahaan dan pekerja wajib melakukan identifikasi bahaya paparan panas untuk meminimalkan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan penurunan produktivitas kerja. Kegiatan identifikasi bahaya ini meliputi:

  • Mengenali bahaya paparan panas dan risiko penyakit akibat panas bagi pekerja.
  • Menghitung indeks tekanan panas melalui pengukuran faktor-faktor eksternal lingkungan yang mempengaruhi tekanan panas, yaitu suhu, kelembaban, kecepatan angin, suhu kering, suhu basah dan suhu radiasi.
  • Melakukan evaluasi terhadap kesehatan pekerja akibat paparan panas, yaitu dengan mengukur tekanan darah, denyut nadi dan suhu tubuh pekerja.
  • Menentukan langkah pengendalian dan perbaikan untuk meminimalkan bahaya paparan panas.

3. Melakukan Pengendalian Teknis

Pengendalian teknis yang dapat dilakukan adalah memasang ventilasi umum, memasang exhaust fan, memasang dust collector, penggunaan penyekat (shielding) terutama untuk mengurangi panas radiasi serta mengurangi suhu dan kelembaban melalui pendingin udara.

4. Melindungi Pekerja dari Risiko Terkena Heat Stress

Untuk mencegah pekerja dari Heat Stress, ada beberapa hal yang bisa dilakukan.Hindari melakukan aktivitas fisik berat, lingkungan panas yang ekstrem, paparan sinar matahari, dan lingkungan dengan kelembaban tinggi bila memungkinkan. Jika tidak memungkinkan, lakukan langkah-langkah pencegahan berikut ini:

  • Awali hari dengan minum air putih secukupnya. Hindari alkohol dan minuman yang mengandung kafein karena dapat menyebabkan dehidrasi.
  • Gunakan pakaian berwarna cerah, ringan/ tipis, dan menyerap keringat (bahan katun). Hindari pakaian berbahan sintetis.
  • Lakukan diet seimbang.
  • Konsumsi buah, sayuran, protein, serat akan sangat membantu.
  • Konsumsi cairan elektrolit, namun tidak melebihi air minum biasa.
  • Gunakan pelindung wajah dan leher.
  • Pastikan di area kerja terdapat stasiun air minum dan mudah diakses.
  • Minumlah satu gelas air setiap 15 menit, sekalipun Anda belum merasa haus.
  • Lakukan istirahat secara berkala saat melakukan pekerjaan berat di lingkungan dengan suhu panas dan kelembaban tinggi. Beristirahatlah di tempat sejuk dan teduh.
  • Pertimbangkan untuk menyediakan wadah air bertanda khusus yang berisi air dan es untuk membasahi handuk leher, lengan dan lainnya.
  • Pantau kondisi fisik Anda dan rekan kerja untuk mengetahui adanya tanda atau gejala penyakit akibat panas. Laporkan kepada supervisor bila Anda atau menemukan rekan kerja yang mengalami gejala heat stress.

5. Aklimatisasi

Aklimatisasi merupakan proses penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya. Aklimatisasi terhadap panas ditandai dengan penurunan suhu tubuh dan pengeluaran garam dari dalam tubuh. Aklimatisasi panas biasanya tercapai setelah dua minggu, tergantung faktor lingkungan kerja dan faktor individu (konsumsi obat, kondisi fisik, usia dan berat badan). Setiap pekerja baru dan pekerja lama yang absen selama dua minggu atau lebih dari pekerjaannya harus dimulai dengan 20% beban kerja di hari pertama, lalu meningkat secara bertahap tidak lebih dari 20% beban kerja di hari berikutnya.

6. Mengatur Waktu Kerja

Perubahan jadwal kerja dan pengaturan frekuensi istirahat dilakukan dalam upaya untuk meminimalkan risiko paparan. Di Indonesia, mengenai kegiatan kerja di industri yang dapat menimbulkan iklim kerja panas di atur dalam SNI 16-7063-2004 dan Permenakertrans No. PER. 13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja.

Kriteria beban kerja menurut SNI:

  • Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100 – 200 Kkal/jam.
  • Beban kerja sedang membutuhkan kalori >200 – 350 Kkal/jam.
  • Beban kerja berat membutuhkan kalori >350–500 Kkal/jam.

NAB ini membatasi pemaparan panas lingkungan kerja 8 jam/ hari terhadap tenaga kerja dengan mempertimbangkan kategori beban kerja dan pembagian waktu kerja – istirahat.

7. Memberikan Pelatihan Kepada Pekerja

Perusahaan juga wajib memberikan pelatihan kepada pekerja mengenai bahaya dan efek paparan panas, gejala penyakit akibat panas, bagaimana cara dan kapan harus merespons bila timbul gejala awal dan bagaimana cara mencegah penyakit akibat panas.

8. Melakukan Pengawasan untuk Tanda dan Gejala Awal

Pekerja bisa membuat sebuah sistem untuk memantau dan melaporkan tanda dan gejala awal penyakit akibat panas. Hal ini dapat membantu perusahaan juga manajemen dalam mendeteksi secara dini penyakit akibat panas dan melakukan tindakan pengendalian sesegera mungkin.

9. Membuat Perencanaan dan Pelaksanaan Tanggap Darurat

Buatlah prosedur tanggap darurat terkait penyakit akibat panas. Komunikasikan prosedur tanggap darurat tersebut kepada supervisor dan pekerja. Perencanaan tanggap darurat meliputi:

  • Apa yang harus dilakukan seseorang bila mengalami atau melihat rekan kerja menunjukkan tanda-tanda penyakit akibat pana
  • Cara menghubungi unit tanggap darurat
  • Memperhitungkan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk petugas tanggap darurat tiba ke lokasi dan melatih pekerja dalam melakukan pertolongan pertama sampai bantuan tiba.
  • Dalam menyusun perencanaan tanggap darurat ini Anda bisa melibatkan seorang profesional guna mendapatkan masukan tentang pembuatan prosedur tanggap darurat terkait penyakit akibat panas.

BUTUH Peralatan DAN SERTIFIKASI untuk mengurangi terjadinya heat stress?

Buat kamu yang butuh peralatan untuk mengurangi terjadinya heat stress yang terjamin kualitasnya dan bergaransi resmi. kami Total Enviro Solusindo menyediakan berbagai macam peralatan yang dapat melindungimu dari bahaya akibat bekerja.

Rekomendasi Alat Heat Stress Monitoring:

Scroll to Top